Sabtu, 17 April 2010

Tuhan 9 Centimeter

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,

di pabrik pekerja merokok,

di kantor pegawai merokok,

di kabinet menteri merokok,

di reses parlemen anggota DPR merokok,

di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,

hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,

di perkebunan pemetik buah kopi merokok,

di perahu nelayan penjaring ikan merokok,

di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,

di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

 

 Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im

sangat ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang

yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,

di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,

di kampus mahasiswa merokok,

di ruang kuliah dosen merokok,

di rapat POMG orang tua murid merokok,

di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntutan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,

di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,

di loket penjualan karcis orang merokok,

di kereta api penuh sesak orang festival merokok,

di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,

di andong Yogya kusirnya merokok,

sampai kabaranya kuda andong minta diajari pula merokok,

 

 

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi

perokok,

tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

 

 

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuahn baru,

diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,

di warung tegal pengunjung merokok,

di restoran, di took buku orang merokok,

di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

 

 

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter

tak tertahankan asap rokok,

bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun

menderita di kamar tidur ketika melayani para

suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

 

 

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang

bergumul saling

menularkan HIV-AIDS sesamanya,

tapi kita tidak ketularan penyakitnya.

 

 

Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya

mengepulkan asap rokok

di kantor atau di

stopan bus, kita ketularan penyakitnya.

 

 

Nikotin lebih

jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

 

 

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan

nikotin paling subur di dunia,

dan kita yang tak langsung menghirup sekali

pun

asap tembakau itu, bias ketularan kena,

 

 

Di puskesmas pedesaan orang kampong merokok,

di apotik yang antri obat merokok,

Di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,

Di ruang tunggu dokter pasien merokok,

Dan ada juga

Dokter-dokter merokok,

 

 

Istirahat main tenis orang merokok,

Di pinggir lapangan voli orang merokok,

Menyandang raket badminton orang merokok,

Pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,

Panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis,

Turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor

Perusahaan rokok,

 

 

Di kamar kecil 12 meter kubik,

Sambil ‘ek-‘ek orang goblok merokok,

Di dalam lift gedung 15 tingkat

Dengan tak acuh orang goblok merokok,

Di ruang siding be-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi,

Orang-orang goblok merokok,

 

 

Indonesia adalah semacam

Firdaus-jannatun- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi

Tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

 

 

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,

Diam-diam menguasai kita,

 

 

Di sebuah

Ruang sidang be-AC penuh, duduk sejumlah ulama

Terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

 

 

Mereka ulama ahli hisap.

Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.

Bukan ahli hisab

Ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

 

 

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka

Terselip berhala-berhala kecil,

Sembilan senti panjangnya, putih warnanya,

Kemana-mana dibawa dengan setia,

Satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,

Tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,

Cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.

 

 

Inikah gerangan pertanda yang banyak kelompok ashabul yamiin

dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

 

 

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruang AC penuh itu.

Mammu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.

Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.

Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.

Kalau tidak tahan, di luar itu sajalah merokok.

 

 

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.

25 penyakit ada dalam khamr diharamkan.

15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).

Daging khinzir

Diharamkan.

4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.

Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.

 

 

Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaath.

mohon ini direnungkan tenang-tenang,

karena pada zaman Rosulullah dahulu,

sudah ada alcohol, sudah ada babi, tapi

belum ada rokkok.

Jadi ini PR untuk para ulama.

 

Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas

Hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar

Perbandingan ini.

 

Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil

yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

 

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.

 

Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan

ada yang mulai terbatuk-batuk,

 

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,

Sajak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati

karena penyakit rokok.

 

korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang koran 

kecelakaan lalu lintas,

lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,

cuma setingkat di bawah korban narkoba.

 

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil

itu sangat beerkuasa di Negara kita,

jutaan jumlahnya,

bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,

dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,

diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

 

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,

Tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada

tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk

dan fana dalam

nikmat lewat upacara menyalakan api

dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

 

 


rabbana, beri kami, kekuatan menghadapi berhala-berhala ini




8 komentar:

Ihda A. Soduwuh mengatakan...

aaaaaaminnnn...

gogod s mengatakan...

makasih...

Niez Naeni mengatakan...

nga ngerokok khan paak ?! :D

Yanti Vijaya mengatakan...

komplit.. top markotop... asap rokok saingan ma asap knalpot, ditambah matahari yang buka cabang di mana2, membelahnya sel planet Hollywood bikin negara qta tambah pengap *emang gak nyambung :) - lebay: iya - jayus: dikit - freedom to speak: 100%, kesimpulan: mumet

alumni smansa93 mengatakan...

hehehe, mringis baca 'tagnya'

gogod s mengatakan...

lagi berusaha baru mau akan anti rokok wakakakak

gogod s mengatakan...

yang penting freedom to opo wae, termasuk mumet juga freedom kok
bantuin aminkan doanya dong....!!!

gogod s mengatakan...

kok cuman dibalik tempatnya aja.. :p