Jumat, 27 Juni 2008

JANGAN BERPIKIR.......

Banyak pertikaian yang timbul karena berpikir disaat yang tidak tepat, bahkan persahabatan, keutuhan rumah tangga, menjadi porak poranda, karena berpikir disaat yang tidak tepat.

Pernah dengar lagu "....bertelinga tapi tak mendengar...."
dan ternyata ini yang sering terjadi, akibatnya, terjadi perdebatan yang tidak perlu, ketidak puasan customer, pemberian "label" terhadap seseorang

Mendengar tak sekedar diam dan pasang telinga lebar, tapi lebih dari itu, juga harus mempersiapkan diri untuk benar-benar memahami apa yang diucapkan lawan bicara, tidak memikirkan hal lain selain mendengar....
memahami pesan apa yang kita terima,

Jadi,
JANGAN BERPIKIR....... KETIKA MENDENGAR

Contoh yang paling gampang,bagaimana susahnya mendengar jika sambil berpikir
ketika seseorang yang kita benci, dan selalu di anggap salah, menemui kita untuk menyampaikan sesuatu
Benarkah kita mendengar?
terkadang, sebelum dia menyampaikan sepatah kata, kita sudah membuat keputusan...
atau,
pada saat dia berbicara, kita sibuk memberikan komentar meski sekedar dalam hati. yang lebih parah,
kita sama sekali tidak mendengarkan apa yang dia sampaikan dan memotong pembicaraan,
karena kita "merasa" tahu apa yang disampaikan, dan sudah mendapat jawaban bahwa dia "SALAH"

Contoh lain...
Beberapa siswa, ketika mendengar kata "Matematika", sudah berpikir pasti susah....
Maka ketika guru sedang menjelaskan didepan kelas, siswa tadi justru tidak mendengarkan apa yang disampaikan guru , tetapi sibuk dengan pikirannya sendiri" aduuuhh kok nggak ngerti-ngerti sih...., susah banget.."

Demikian juga ketika dalam sebuah rapat,
ketika seseorang menyampaikan usulan, kemudian ada peserta lainnya yang memberikan koreksi
terkadang yang menyampaikan usulan pertama, ketika pemberi koreksi sedang berbicara, dia sibuk mencari jawaban supaya bisa mempertahankan apa yang disampaikan .
Sebenarnya, bukan tidak mungkin, koreksi yang diberikan adalah sebuah tambahan yang dapat membuat usulan itu menjadi lebih diterima dan dijalankan

Didalam jiwa seseorang, kebutuhan paling mendasar, adalah ingin didengar,
tidak percaya... coba anda datangi orang disamping anda sekarang, katakan bahwa anda ingin menyampaikan sesuatu.
Jika orang itu segera menghentikan kegiatannya, memperbaiki duduknya dan menunggu anda berbicara..
apa yang Anda rasakan?
Jika orang itu segera menjawab, "entar ya...lagi asik chatting nih...", atau tidak memberikan ekspresi apapun
apa yang anda rasakan dan ingin lakukan?

Dalam diri seseorang yang terlihat begitu tegar, berprestasi dan "terbukti" mandiri, ada saatnya diapun ingin didengar,

tentunya kita harus waspada jika seseorang itu adalah anak kita...
terkadang keinginan untuk didengar tidak dengan berkata " ayah / ibu... dengerin aku..."
tapi mungkin dengan melakukan ulah yang tidak kita sukai, atau hal - hal lain yang tidak kita inginkan

Mendengar, mesti hanya dengan mengatakan "ya", "he eh" , "o ya" akan jauh lebih bermanfaat
dibanding dengan memotong pembicaraan dan berkata " KALO AKU....bla bla bla......"

****

Sekedar berbagi pengalaman
Dalam beberapa training tentang pekerjaan (yang lebih banyak berhubungan dengan angka), meski bukan training tentang personality,
diakhir acara, kami selalu berusaha membuat penilaian sesama peserta dalam satu group,tentang bagaimana ketika berinteraksi, dan gaya kerja yang dilakukan, kemudian kami belajar "mendengar"
caranya...
jika dalam satu group terdapat 5 orang, maka secara bergantian, empat orang menyampaikan penilaian (baik atau buruk)kepada satu peserta, peserta ini hanya boleh diam, mendengar dan tidak boleh memberikan komentar ataupun sanggahan.
Apa yang disampaikan oleh empat peserta lainnya harus jujur dan tidak menggunakan rasa "enak / tidak enak".

Tertarik untuk mencoba.....?

Sebelum memulai, harus ada satu kesepakatan,
Tidak ada kasta, jabatan, dan berbagai hal yang menjadi pembatas dalam berinteraksi, semua sama makhluk Allah yang ingin menuju ke arah perbaikan.

Tidak ada rasa dendam, rasa ingin menjatuhkan, karena apa yang disampaikan adalah sesuatu yang mungkin kita tidak melihat, atau kita melihat tapi malu untuk mengakui.

Tidak ada kritik yang tidak membangun, karena syarat sebuah "kritik" adalah "materi yang perlu diperbaiki" dan " (saran) cara perbaikan yang disampaikan kepada orang tersebut"
jika salah satu tidak ada maka itu bukan kritik....
-----------------------------------


Kebetulan waktu cari gambar buat mempermanis tulisan ini,
malah nemu yang lebih bagus :

http://www.wright.edu/uc/tutor/studyskills/Listening.html http://www.studygs.net/indon/listening.htm

Tidak ada komentar: