




Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Taufik Ismail |
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang
yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntutan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabaranya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi
perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuahn baru,
diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung tegal pengunjung merokok,
di restoran, di took buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur ketika melayani para
suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang
bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok
di kantor atau di
stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih
jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali
pun
asap tembakau itu, bias ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampong merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
Di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
Di ruang tunggu dokter pasien merokok,
Dan ada juga
Dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,
Di pinggir lapangan voli orang merokok,
Menyandang raket badminton orang merokok,
Pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
Panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis,
Turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor
Perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik,
Sambil ‘ek-‘ek orang goblok merokok,
Di dalam lift gedung 15 tingkat
Dengan tak acuh orang goblok merokok,
Di ruang siding be-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi,
Orang-orang goblok merokok,
Firdaus-jannatun- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi
Tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
Diam-diam menguasai kita,
Di sebuah
Ruang sidang be-AC penuh, duduk sejumlah ulama
Terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab
Ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
Terselip berhala-berhala kecil,
Sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
Kemana-mana dibawa dengan setia,
Satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
Tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
Cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang banyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruang AC penuh itu.
Mammu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tidak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir
Diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaath.
mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rosulullah dahulu,
sudah ada alcohol, sudah ada babi, tapi
belum ada rokkok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas
Hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil
yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan
ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
Sajak tadi pagi sudah 120 orang di
karena penyakit rokok.
korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang koran
kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba.
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil
itu sangat beerkuasa di Negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
Tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada
tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk
dan fana dalam
nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
rabbana, beri kami, kekuatan menghadapi berhala-berhala ini
Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Taufik Ismail |
Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan, lewatlah sebuah motor di depan mereka, berkatalah petani ini pada istrinya: “Lihatlah bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu, meskipun mereka juga kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai dirumah, tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai kerumah”.
Sementara itu pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat didepan mereka, pengendara motor itu berkata kepada istrinya: “Lihat bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu, mereka tidak perlu kehujanan seperti kita”.
Di dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah mobil sedan Mercy lewat dihadapan mereka “Lihatlah bu, betapa bahagia orang yang naik mobil bagus itu, mobil itu pasti nyaman di kendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok”.
Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya, dan ketika dia melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hatinya “Betapa bahagianya suami istri itu, mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berdua karena kesibukan kami masing masing”.
Kebahagiaan tak akan pernah kau miliki jika kau hanya melihat kebahagiaan milik orang lain dan selalu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.
Bersyukurlah atas hidupmu dan kau akan merasakan kebahagiaan.
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Other |