Sabtu, 23 Mei 2009

The 7 Laws of Happiness

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Arvan Pradiansyah
Walking Home CryingTerkadang seseorang merasa dirinya begitu menderita, disetiap langkah hidupnya dipenuhi dengan seribu macam keluhan,tak ada seorangpun yang bisa membantunya, semua orang terlihat begitu menyebalkan. Pekerjaan begitu banyak menyita waktu dan pikirannya.
pulang kerumah pun pekerjaan rumah sudah menunggu, belum lagi ketika ingin berisitirahat, datang undangan untuk rapat warga.Seolah kebahagian begitu enggan tuk bersamanya.

Tapi benarkah kebahagiaan begitu sulit untuk diraih?


Kebahagiaan itu mudah untuk didapatkan, dengan satu kata "bersyukur"

menurut Arvan Pradiansyah, syukur,
Sebagian orang akan lebih mudah untuk melihat dan merasakan apa yang kita belum miliki, di bandingkan menikmati apa yang telah kita miliki.

7 laws of happiness sendiri sebenarnya bukan hal baru, terutama bagi seorang muslim
berikut sedikit perbadingan, bahwa apa yang disampaikan penulis adalah pemaknaan dari apa yang telah disubetkan dalam Alquran

1. patience atau kesabaran,            (Al-Baqarah : 177, Al-Insan : 12)
2. gratefulness atau rasa syukur,    (Al-Baqarah: 172,Ar-Rahmaan 55: 29-30)
3. simplicity atau sederhana.           (Al Furqan: 64,Al-A’raf:31)
4.love atau kasih,                           (An-Nisa : 36,Al Maidah : 2)
5. giving atau memberi,                  (Ali- Imron: 133-134, A-Anfal : 60)
6. forgiving atau memaafkan.          (An Nuur : 22,QS. Ali- Imron: 133-134)
7. surrender atau pasrah
    saya lebih senang menyebutkan berserah diri kepada Allah (Ali ‘Imran: 159,AlBaqarah: 216)
dan tentunya, referensi yang saya sebutkan sebenarnya masih banyak lagi, baik dalam Alquran maupun Hadits.

Smart Happiness on 95,9 Smart Fm, Jum’at, 8 Mei 2009

Bersyukur: Menjelajahi Semua Potensi Anda


(dari buku The 7 Laws of Happiness, hal 206-210)


Pointers:

Ketika meninggal dunia nanti, inginkah Anda bisa mengatakan: ”Ya Tuhan, apapun yang engkau anugerahkan kepadaku sudah aku manfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada sedikitpun potensi yang Kau berikan yang tersia-sia.”

Pernyataan itu adalah sebuah perwujudan rasa syukur yang luar biasa. Salah satu cara bersyukur yang menurut saya sangat penting adalah memanfaatkan semua potensi, semua kemampuan, semua bakat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita dengan semaksimal mungkin.

Banyak orang yang tidak memanfaatkan semua potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa ia tidak terlalu bersyukur terhadap anugerah tersebut.

Bayangkan seseorang yang mempunyai komputer tetapi hanya menggunakannya untuk mengetik saja. Atau seseorang yang mempunyai telepon genggam tetapi hanya menggunakannya untuk menelepon. Seberapa jauh orang yang seperti ini dapat menghargai ketika ia memperoleh hadiah komputer ataupun telepon genggam dari seseorang? Tentu saja tidak akan sebesar orang yang benar-benar memahami apa yang bisa ia lakukan dengan kedua alat tersebut.

Namun dalam hidup ini banyak diantara kita yang tidak memanfaatkan sepenuhnya apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Hal ini disebabkan oleh adanya paradigma yang memunculkan batas yang tegas antara pekerjaan dan hobi. Banyak orang yang beranggapan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan untuk mendapatkan uang, sementara hobi adalah apa yang kita sukai. Karena itu pekerjaan dan hobi menjadi sangat sulit untuk dipertemukan.

Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Banyak orang yang telah mengembangkan hobi yang mereka miliki hingga menjadi pekerjaan bahkan tambang emas yang luar biasa produktif. Lihatlah apa yang terjadi pada para penyanyi kita, bukankah mereka hanya menjalankan hobi mereka tetapi mendapatkan sumber kehidupan dari sana?

Lihatlah apa yang terjadi dengan Ade Rai, Dedi Gorbuze, Rudi Chairudin. Bukankah mereka hanya menyalurkan hobi yang mereka miliki: body building, sulap dan memasak?

Apa yang kita sukai, bakat, dan kemampuan kita sebenarnya adalah sebuah sinyal dari Tuhan bahwa kita pasti dapat mewujudkan. Tidak mungkin kita membayangkan diri kita menjadi sesuatu yang tidak kita miliki sama sekali potensinya. Saya, misalnya, tidak pernah membayangkan diri saya menjadi seorang pemain sepak bola yang terkenal. Saya juga tidak pernah membayangkan menjadi seorang aktor. Ini sebenarnya sudah cukup memberi petunjuk bahwa saya memang tidak memiliki potensi sama sekali ke arah itu. Namun lihatlah keinginan-keinginan saya yang lain. Dulu saya pernah bercita-cita menjadi seorang penulis dan pengarang ternama. Saya pernah bercita-cita menjadi pembicara publik. Dan sekarang saya telah berhasil mencapai semua yang saya inginkan. Jadi marilah kita syukuri semua keinginan kita karena hal itu menjadi sebuah petunjuk yang sangat jelas bahwa bidang tersebut adalah untuk kita. Bahwa kita mempunyai potensi untuk bisa berhasil dalam bidang tersebut.

Orang yang bersyukur adalah orang yang mau menjelajahi semua potensi yang diberikan Tuhan kepada kita. Yang pasti, tidak ada orang yang lahir ke dunia ini tanpa memiliki potensi apapun. Bahkan seorang anak yang dilahirkan cacat juga membawa potensi yang mengagumkan bila kita mengetahui dan mengembangkannya.

Lihatlah apa yang terjadi pada Hee Ah Lee. Ia menderita lobster claw syndrome. Jumlah jarinya hanya empat, kedua kakinya pun hanya sebatas lutut. Tapi ia dapat menjadi pemain piano terkemuka di dunia. Bahkan ia pernah bermain dengan Richard Clayderman di Gedung Putih pada tahun 2005. Bukankah sebuah keajaiban bila seseorang yang hanya mempunyai 4 jari dapat memainkan piano dengan begitu indahnya?

Yang menarik, ibu Ah Lee tak pernah menyesali kelahiran anaknya. Ia bahkan menamai anaknya dengan Hee Ah Lee. Hee dalam bahasa korea berarti kebahagiaan (happiness), Ah adalah pohon tunas yang terus tumbuh dan Lee adalah nama keluarga. Ibu Ah Lee adalah seorang yang luar biasa yang senantiasa mensyukuri apapun yang diberikan Tuhan kepadanya. Ketika melahirkan Ah Lee yang cacat ia malah berujar, ”Saya melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Wajahnya mirip rembulan. Jemari tangannya yang hanya 4 serupa kuncup bunga tulip.”

Ibu Ah Lee tidak ingin anaknya menjadi tidak berguna di masa depan karena itu ia berusaha untuk menjelajahi semua hal yang bisa dilakukan Ah Lee. Awalnya ia menemukan piano hanya sebagai alat untuk melatih motorik anaknya. Namun pada piano ini juga ia menemukan bakat luar biasa yang terpendam dari diri anaknya. Ah Lee kemudian berlatih piano sampai 13 jam dalam sehari. Latihan yang berat itu tak jarang membuat tangannya bengkak-bengkak. Namun perjuangan yang berat ini kini telah berbuah kebaikan yang luar biasa. Ah Lee kini menjadi pemain piano terkenal di seluruh dunia. Bukan hanya itu Ah Lee telah menjadi salah satu inspirator terbesar bagi banyak orang di dunia yang secara fisik lebih beruntung dari dirinya.

Saya tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi pada Ah Lee seandainya dulu sang ibu menuruti nasihat dokter untuk menggugurkan Ah Lee? Apa juga yang akan terjadi bila ia mengikuti saran dari banyak keluarganya untuk menyerahkan Ah Lee ke panti asuhan?

Kisah Hee Ah Lee adalah kisah luar biasa mengenai ibu dan anak yang senantiasa diliputi rasa syukur. Syukur yang sebenarnya bukanlah sekedar menerima apa yang diberikan hidup kepada kita, tetapi juga menikmati dan menjelajahinya (explore). Bukankah selalu ada maksud Tuhan dibalik segala sesuatu?

Namun yang seringkali terjadi adalah kita tidak mengetahui apa maksud Tuhan. Karena itu kitapun tidak menjelajahi potensi apa yang sebenarnya diberikan Tuhan kepada kita. Kita tidak mau mencoba, kita tidak berusaha keras menemukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada dalam diri kita. Dan kita tidak akan menemukannya sampai tibanya akhir hayat kita.





Wonderful Life - Lara Fabian

Tidak ada komentar: