Rabu, 13 Agustus 2008

memang saya sudah bosan hidup.

Rating:★★★★★
Category:Other

ketika merasa tak lagi sanggup mengahadapi kehidupan di dunia ini, rasanya kematian menjadi sebuah "solusi"
...............................................................................................................................
BENARKAH KEMATIAN DAPAT MENYELESAIKAN MASALAH ?
...............................................................................................................................



Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."

Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."

"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian sang Master.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"

"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu." Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, "Sayang, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?"

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu hidup.
...........................................................................
nyontek dari seorang sahabat,
judul asli mengalir seperti air
diambil dari sebuah milist

11 komentar:

'Nin Maulina mengatakan...

Subhanallah... Bagus sekali Mas...
Saya share dengan yang lain ya...
Ternyata intinya.. mengingat mati itu bisa mendorong kita untuk melakukan hal-hal terbaik ya...
TFS Mas...

gogod s mengatakan...

terkadang begitu Nin
tapi sebenarnya bukan hanya "mengingat mati"-nya
tapi cara melihat permasalahan dan bagaimana memandang apa yang kita terima......
...
oiya "terimakasihnya" buat yang ngasih contekan ya.....

Dian Utami mengatakan...

pesen sebotol 'obatnya' Mas, heheh.....

gogod s mengatakan...

wah ..mbak dian..apa kabar?
obatnya sudah aku kirim ..tapi mahal kalo kirim pake botol
jadi udah masuk tuh di botol nomor dua dari kanan
disupermarket yang paling dekat tempat tinggal mbak dian :)
tapi beli ya..jangan ambil aja... entar ditangkep ama polisi

Herurisa R mengatakan...

Siapa nama master-nya? Pingen berguru ..

lulu godwin mengatakan...

hehehe... nama masternyah : lulu godwin :-P

AL fi mengatakan...

owh tante lulu yah?? minta ilmunya dung.....*sambil bawa buku mnt ttd hiks*

iyah sepakat sama pakdhe...yg penting bgmna melihat masalahnya..jangan sampe menabur garam di segelas air..tapi coba deh garamnya di taburin di danau yg luas...
*hehehehe...nyambung gag ya??*
hah BANGKIIT.....makasih pakdhe reviewannya

yuanita wibowo mengatakan...

hem, menu topicnya sama dengan postingaku hari ini lho, mengingat mati membuat kami lebih mesra

gogod s mengatakan...

emang dasarnya dah mesra kali... jadi ya ..tambah mesra...
semoga makin samara ya (nyontek lagi....hikz)

Alfi maturtapi coba deh garamnya di taburin di danau yg luas..

mending cari garam buah aja..terus sambil ngoceki pelem...uenake pol

Heru menanyakanSiapa nama master-nya?

wah..yang njawab lulu tuh dik

Lulu ngaku ngaku nama masternyah : lulu godwin :-P

tumben wuk..narsis..hehehehe

Herurisa R mengatakan...

Siapa penjual garam-nya?

gogod s mengatakan...

di supermarket banyak.....
atao warung deket gunung pasir juga banyak tuh :p