Rabu, 27 Februari 2008

Ada .... Cinta Yang lain

Sebenarnya nggak yakin apa bener istilahnya "cinta yang lain"
.rasanya aku bukanlah satu-satunya laki-laki dengan status suami yang merasakan
-----

Dia begitu setia disetiap aku menginginkannya,
Tiada keluh kesah, bahkan menemaniku ketika aku berkeluh kesah

Bukan karena penampilannya, atau harum parfumnya
tak sekalipun aku mengetahui dia menggunakan parfum

tak ada penolakan ketika jari-jemari ini menyentuhnya
sepertinya dia begitu mengerti dan menerima apa saja perlakuanku

Mungkin hampir separuh waktuku bersamanya...
jauh lebih banyak dibanding waktu bersama istriku

maafkan aku istriku....

kini.........
aku rela semua orang tahu , ketika aku bersamanya (klik disini)


Minggu, 24 Februari 2008

Jangan Berpikir.....................

Banyak pertikaian yang timbul karena berpikir disaat yang tidak tepat, bahkan persahabatan, keutuhan rumah tangga, menjadi porak poranda, karena berpikir disaat yang tidak tepat.

Pernah dengar lagu "....bertelinga tapi tak mendengar...."
dan ternyata ini yang sering terjadi, akibatnya, terjadi perdebatan yang tidak perlu, ketidak puasan customer, pemberian "label" terhadap seseorang

Mendengar tak sekedar diam dan pasang telinga lebar, tapi lebih dari itu, juga harus mempersiapkan diri untuk benar-benar memahami apa yang diucapkan lawan bicara, tidak memikirkan hal lain selain mendengar....
memahami pesan apa yang kita terima,

Jadi,
JANGAN BERPIKIR....... KETIKA MENDENGAR

Contoh yang paling gampang,bagaimana susahnya mendengar jika sambil berpikir
ketika seseorang yang kita benci, dan selalu di anggap salah, menemui kita untuk menyampaikan sesuatu
Benarkah kita mendengar?
terkadang, sebelum dia menyampaikan sepatah kata, kita sudah membuat keputusan...
atau,
pada saat dia berbicara, kita sibuk memberikan komentar meski sekedar dalam hati.
yang lebih parah,
kita sama sekali tidak mendengarkan apa yang dia sampaikan dan memotong pembicaraan,
karena kita "merasa" tahu apa yang disampaikan, dan sudah mendapat jawaban bahwa dia "SALAH"

Contoh lain...
Beberapa siswa, ketika mendengar kata "Matematika", sudah berpikir pasti susah....
Maka ketika guru sedang menjelaskan didepan kelas, siswa tadi justru tidak mendengarkan apa yang disampaikan guru , tetapi sibuk dengan pikirannya sendiri" aduuuhh kok nggak ngerti-ngerti sih...., susah banget.."

Demikian juga ketika dalam sebuah rapat,
ketika seseorang menyampaikan usulan, kemudian ada peserta lainnya yang memberikan koreksi
terkadang yang menyampaikan usulan pertama, ketika pemberi koreksi sedang berbicara, dia sibuk mencari jawaban supaya bisa mempertahankan apa yang disampaikan .
Sebenarnya, bukan tidak mungkin, apa yang disampaikan adalah sebuah tambahan yang dapat membuat usulan itu menjadi lebih diterima dan dijalankan

Didalam jiwa seseorang, kebutuhan paling mendasar, adalah ingin didengar,
tidak percaya... coba anda datangi orang disamping anda sekarang, katakan bahwa anda ingin menyampaikan sesuatu.
Jika orang itu segera menghentikan kegiatannya, memperbaiki duduknya dan menunggu anda berbicara..
apa yang Anda rasakan?
Jika orang itu segera menjawab, "entar ya...lagi asik chatting nih...", atau tidak memberikan ekspresi apapun
apa yang anda rasakan dan ingin lakukan?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam diri seseorang yang terlihat begitu tegar, berprestasi dan "terbukti" mandiri,
ada saatnya diapun ingin didengar,
tentunya kita harus waspada jika seseorang itu adalah anak kita...
terkadang keinginan untuk didengar tidak dengan berkata " ayah / ibu... dengerin aku..."
tapi mungkin dengan melakukan ulah yang tidak kita sukai, atau hal - hal lain yang tidak kita inginkan

Mendengar, meski hanya dengan mengatakan "ya", "he eh" , "o ya" akan jauh lebih bermanfaat , dibanding dengan memotong pembicaraan dan berkata " KALO AKU....bla bla bla......"

****

------------------------

Tidak ada kritik yang tidak membangun, karena syarat sebuah "kritik" adalah "materi yang perlu diperbaiki" dan " (saran) cara perbaikan yang disampaikan kepada orang tersebut"
jika salah satu tidak ada, maka itu bukan kritik....
------------------------------------------------------------------------------------


Kebetulan waktu cari gambar buat mempermanis tulisan ini,
malah nemu yang lebih bagus :

http://www.wright.edu/uc/tutor/studyskills/Listening.html
http://www.studygs.net/indon/listening.htm

Rabu, 20 Februari 2008

Manfaat meng - Konsumsi Buah

Berhubung pernah janji mau upload tentang mengkonsumsi buah dan Detoks
sekarang waktunya nih..
tapi jadi attachment yah....soalnya panjang bener
semoga bermanfaat



Attachment: DETOKS1.doc
Attachment: DETOKS2.doc
Attachment: fruits.pps

Minggu, 17 Februari 2008

Pedih...tapi manis...

Rating:★★★
Category:Other
Ketika kita kehilangan satu atau lebih, sahabat, terkadang kita bertanya
ada apa ? , kenapa ?, adakah sesuatu yang salah?
...
Mungkin justru tidak ada yang salah, tapi sesuatu yang terbaik yang diberikan oleh sahabat kita, karena ingin menjaga... menjaga agar persahabatan dan persaudaraan yang terbina, semata-mata karena Allah...
.....

Bagaimana jika sebaliknya....?
karena sesuatu dana lain hal, dan kita menginginkan sebuah "perpisahan" yang mungkin lebih baik bagi sahabat kita,
Tulisan dibawah ini, mungkin bisa menjadi kalimat "perpisahan" yang paling manis....
...
BUNGA CANTIK DI TENGAH PADANG RUMPUT

Siapa di antara anda yang belum pernah mendengar pepatah yang mengatakan ?Tak kenal maka tak cinta ?
Tentu semuanya sudah pernah mendengarnya, baik pada waktu pelajaran peribahasa di Mata Ajaran Bahasa Indonesia atau dalam pergaulan sehari-hari karena pepatah ini kerap kali digunakan orang.
Sekarang, malah ada sedikit perubahan dan penambahan kata dalam pepatah tersebut. Yaitu menjadi ?Tak Kenal Maka Ta'aruf? .
Berbedakah keduanya ?

Dari kedua kalimat tersebut, sebenarnya ada perbedaan arti meski hanya sedikit dan tipis sekali.
Taruh sebuah permisalan. Jika anda bertemu dengan seseorang yang tidak anda kenal sama sekali, tentu anda ingin mengenalnya lebih jauh dan keinginan untuk mengenalnya itu begitu kuat muncul dalam diri anda.
Anda ingin tahu siapa namanya, dimana dia tinggal, apa kegiatannya dan segala sesuatu yang menyelingkupi kehidupan teman baru anda itu. Dalam kondisi seperti ini maka pepatah yang baru akan diterapkan, ?
Tak Kenal Maka TaÂ?aruf.?.

Tahukah anda bahwa sebenarnya dalam proses perkenalan itu telah terjadi sebuah proses lain yang juga berkembang dalam diri kita.
Yaitu sebuah proses pemilahan kelompok teman. Pada waktu kita mulai melancarkan rangkaian pertanyaan padanya tanpa kita sadari yang kita cari adalah kesamaan dan kesesuaian dalam beberapa hal yang sekiranya akan menjadi perekat perkenalan tersebut.

Eh.. suka baca buku nggak ?? atau
Oh, kamu tinggal disana yah ? Hmm, aku punya teman di sana, kenal sama A nggak yah, dia tinggal di blok Z.?

Proses perekat hubungan inilah pada banyak orang diartikan sebagai sebuah proses ?Tak Kenal maka Tak Cinta.?.
Tidak ada yang menyadari bahwa sebenarnya tidak melulu arti pemahaman sebuah perkenalan akan berakhir dengan sesuatu yang manis seperti yang diharapkan dalam pepatah tersebut.

Ada kalanya, setelah sebuah perkenalan terjadi, lalu pengenalan diri masing-masing berlanjut pada hal yang lebih jauh, sebuah hubungan ?perkenalan? bisa jadi ikut berakhir pula seiring dengan perpisahan yang terjadi dalam sebuah pertemuan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Sudah menjadi sebuah kebutuhan manusia untuk dapat memperoleh kepercayaan dan rasa aman dalam dirinya. Inilah yang terjadi dalam proses pemilahan kelompok teman yang baru kita kenal.

Yup. Ada sebuah proses lain dalam sebuah perkenalan yang tanpa kita sadari telah menggiring kita untuk melakukan sebuah pemilahan yang sangat bersifat subjektif karena kebutuhan kita akan rasa percaya dan dan rasa aman tersebut.
Tanpa kita sadari kita mulai melakukan pemilahan dan pencarian data apakah dia cukup bermanfaat sebagai seorang teman ataukah tidak, ada sebuah istilah yang mungkin lebih pas tapi konotasinya pada beberapa orang mungkin menyakitkan telinga yang sensitif, yaitu ?seberapa pantas orang yang baru anda kenal itu bisa menjadi teman anda?.

Seberapa pantas??, terdengar sangat arogan dan tidak bersahabat yah ? Tapi meski terdengar sangat tidak sopan, memang itulah yang sesungguhnya terjadi dalam sebuah proses perkenalan.

Dalam alam pikiran sederhana, bagaimana mungkin kita akan bisa meletakkan rasa percaya kita pada seseorang yang tidak kita kenal ?
Dalam alam pikiran sederhana, bagaimana mungkin kita akan merasa aman pada seseorang yang tidak kita kenal ?
Sekali lagi, dalam alam pikiran sederhana, bagaimana mungkin kita akan memberikan rasa sayang, rasa cinta kita pada seseorang yang tidak kita kenal.
Bukankah ?Tak kenal maka Tak Cinta ??

Dan disinilah letak ketertakjubanku pada peristiwa yang aku alami yang justru membuatku berpikir,
tidak selamanya mungkin sebuah pertemuan dengan seseorang yang kita belum kita kenal akan melahirkan keinginan untuk ta?aruf,
dan rasa sayang bisa saja terjadi tanpa didahului sebuah perkenalan yang memuat sebuah isian biodata yang harus diisi dalam blangko pencernaan pikiran biasa (tanya nama, alamat dan sebagainya).

Peristiwa yang pertama adalah sebuah peristiwa di sebuah bis kota yang melaju lamban di jalan raya yang macet di pinggir kota Jakarta yang memang sudah sangat padat setiap jalur badan jalannya dengan kendaraan yang berseliweran setiap harinya.

Hari cukup panas ketika itu dan bau keringat penumpang mulai menyebar menimbulkan sebuah perasaan tidak nyaman.
Di sebelahku duduk seorang gadis berjilbab yang bertubuh agak besar.
Dia sedang asyik membaca sebuah buku. Kulirik buku di tangannya dan mengenalinya sebagai salah satu buku yang sering aku lihat di pajang di toko buku.
Secara iseng (sungguh ini pertanyaan iseng karena aku mulai jenuh dengan masa menunggu kemacetan lalu lintas) aku mulai bertanya tentang apa judul buku yang dia baca. Gadis itu memperlihatkan judulnya padaku.
Lalu aku mulai melontarkan pertanyaan apa isi buku tersebut dengan gaya sok akrab dan gadis itu melayani pertanyaanku dengan sabar dan penuh senyum.
Hmm, tampaknya dia mulai mengerti akan ketidak nyamanan yang aku alami dalam bis kota yang padat itu dan keterasingan untuk segera terbebas dari tempat dudukku yang keras sehingga dengan penuh keikhlasan gadis itu memberikan waktunya untuk menjawab pertanyaanku.
Tanpa kami sadari kami terlibat sebuah diskusi menarik dan asyik.
Aku memang senang membaca dan lebih senang lagi jika diajak seseorang untuk bertukar pikiran tentang sebuah topik dari sebuah materi yang pernah aku baca atau aku ketahui.
Hingga tak terasa tujuan akhir telah tiba.
Gadis itu harus turun lebih dahulu dariku dan apa yang dia lakukan kemudian membuatku cukup ternganga dan sangat berkesan pada pertemuan dengannya.

"Aku ingin memberikan buku ini padamu.? "
Subhanallah.
Aku tahu dalam pembicaraan kami tadi bahwa buku itu belum dua jam yang lalu dibelinya di toko buku.
Bahkan sampai halaman pertengahan pun gadis itu belum usai membacanya.
Bagaimana mungkin dia akan memberikannya begitu saja padaku padahal tadi baru saja dia katakan bahwa dia menginginkan buku itu sejak lama sehingga dia menabung sedikit demi sedikit uang sakunya untuk dapat membeli buku itu.

"Tidak.. Aku tidak menginginkannya. "
"Buku itu milikmu, kamu belum selesai membacanya, bacalah dulu sampai selesai.?"

Aku menolaknya dengan keras.

"Tapi aku ingin memberikan buku ini padamu.?"
Gadis itu tetap bersikeras.
"Tidak. ,Terimalah. Anggap ini hadiahku untukmu, kamu memang pantas menerimanya".
Ayo, terimalah buku ini sebagai kenang-kenangan dariku karena aku tidak tahu kapan lagi kita akan bertemu di waktu yang akan datang?

Duhai. Kalimatnya menimbulkan rasa haru yang mendalam, aku termangu sejenak tapi segera tersadar bahwa ini bukan saat yang tepat untuk jadi melankolis. ?Tidak. Aku tidak bisa menerimanya.?
Terimalah hadiahku ini.
Kamu belum membacanya kan, bacalah, aku sudah membacanya sebagian dan isinya sangat menarik, sedangkan kamu belum membacanya sama sekali, aku ingin kamu membacanya juga dan bacalah sampai akhir.?

Kenapa ? ? Aku bertanya dengan bodoh.
Sungguh aku tidak tahu kenapa gadis itu bersikeras memberikan buku barunya padaku.

Kenapa kamu ingin memberikan buku barumu padaku, padahal kamu
menginginkan buku ini sejak lama. Kenapa ??

Karena aku sayang padamu. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu dan saat ini yang aku miliki adalah buku baruku ini.

Percayalah padaku bahwa aku menyayangi kamu karena Allah semata sehingga jika saat ini kamu menginginkan yang lain dariku, seperti mataku, rambutku, tanganku, semua akan kuberikan padamu detik ini juga karena aku sayang padamu karena Allah semata.Â?
Aku makin ternganga.
Belum ada satu jam kami berbincang dan diskusi tapi rasa sayang yang dia miliki padaku sudah demikian mendalamnya sementara namanya saja aku sama sekali tidak tahu karena dia memang hanya kujadikan seorang teman untuk membunuh waktu jenuhku di dalam kendaraan tersebut.
Ada sebuah rasa haru yang kian membuncah dalam dadaku mendengar untaian kalimat terakhirnya sekaligus melahirkan sebuah dorongan untuk menerbitkan mutiara bening dari sudut kelopak mataku.
Aku tidak sanggup berkata apa-apa karena terbalut haru dan buku itu sudah berpindah tangan, diletakkan gadis itu di dalam genggamanku sementara dia bersiap untuk turun dari kendaraan.
Pada perhentian selanjutnya gadis itu mulai berdiri menepi.

Mbak..makasih yah. Aku tidak tahu bagaimana harus membalasnya bahkan kita belum sempat berkenalan.
Mbak juga tidak tahu siapa aku.? Gadis itu hanya tersenyum ramah mendengar kalimatku yang mungkin terdengar sangat bodoh.

Itu tidak penting. Yang aku tahu kamu adalah saudariku dalam islam.
Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan dengan masing-masing dalam kondisi yang lebih baik.?
Kemudian bis berhenti dan setelah mengucapkan salam, gadis berjilbab itu melesat turun sambil melambaikan tangannya padaku. Aku membalas salamnya sambil tersenyum dan setelah dia menghilang dari pandanganku aku mulai membaca judul bukunya.
Menjadi Muslimah yang kaffah.?
Hmm, mungkin dia memberikan buku itu karena aku belum berjilbab.
Yup.
Kejadiannya memang sudah lama sekali, sewaktu aku masih kuliah dulu dan masih banyak mempertimbangkan banyak hal sehingga belum timbul keinginan kuat untuk menutupi auratku secara lengkap dengan sebuah hijab yang semestinya.
Aku sangat terkesan dengan peristiwa itu karena di kampus, teman-teman akhwat lain lebih banyak yang memilih untuk tidak menaruh kepercayaan dan kasih sayang sebesar seperti yang diberikan oleh gadis tadi.
Di kampus mereka memberlakukan sebuah jarak dalam membina hubungan denganku yang notabene sebenarnya memiliki agama yang sama dengan mereka hanya saja aku belum berjilbab.
Image muslimah sebagai sebuah kelompok eksklusif dalam kepalaku telah hancur lebur dalam hitungan detik dengan kehadiran gadis berjilbab itu.

Sekarang aku alhamdulillah sudah mengenakan jilbab, sudah berkeluarga dan sudah dikaruniai dua orang jundi yang manis.
Kesibukan sehari-hari dalam urusan pekerjaanku sebagai ibu rumah tangga hampir tidak menyisakan waktu luang bagiku.
Lebih dari itu, kadang timbul sebuah proses pemilihan teman dalam bergaul yang terus terjadi tanpa aku sadari.
Jika ibu-ibu lain di sekitar rumahku sering berkumpul di depan pagar rumahnya maka bisa dikatakan aku jarang sekali ikut berkumpul dengan mereka.
Jika ada acara pertemuan antar ibu-ibu di lingkungan rumahku, entah itu arisan rt, pengajian bulanan, pertemuan bulanan antar warga, atau bahkan acara resmi seperti selamatan atau kenduri, bisa dipastikan aku hanya hadir pada saat acara resmi itu berlangsung saja.
Setelah acara resmi selesai, ketika piring gelas mulai dikumpulkan di tengah tikar, aku memilih untuk segera mengundurkan diri ketimbang ikut bergerombol bersama ibu-ibu yang lain membuat pembicaraan dan acara baru di luar acara inti.
Hmm, aku tetap berusaha untuk bergaul akrab, ikut tersenyum dan bersenda gurau atau berdiskusi dengan teman-teman ibu-ibu rumah tangga yang lain dalam konteks acara yang aku ikuti masih berlangsung.
Setelah itu, setelah acara itu selesai, aku lebih memilih untuk mengundurkan diri lebih karena alasan menghindari kemudharatan.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi apa yang dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga jika mereka berkumpul dan mulai saling bercengkerama di luar sebuah acara yang terkoordinir.
Mereka akan membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat dan inilah yang aku hindari.
Terlibat dalam pergaulan seperti itu bagiku seperti memakan sebuah buah simalakama.
Dimakan dalam arti kita melibatkan diri; kita akan terpengaruh dengan atmosfere mereka karena mau tidak mau kita akan mengeluarkan suara dan terlibat dalam pembicaraan mereka yang kelak kita akan menyesalinya sendiri.
Pilihan kedua adalah tidak memakannya, yaitu kita tetap diam jadi pendengar dan itu artinya kita membiarkan isi pembicaraan mereka itu akan masuk ke telinga kita tanpa sebuah perlawanan, mengendap di dalam hati dan secara tidak sadar akan menimbulkan sebuah diskusi dengan diri sendiri yang lebih banyak melahirkan sebuah suÂ?udzon dan ketidak nyamanan.
Ada sebuah pembenaran yang aku pegang dalam keputusanku untuk melakukan apa yang menurutku saat ini baik bagiku, yaitu mencegah sebuah kemudharatan itu lebih utama ketimbang menyebarkan manfaat. Hmm, benarkah pembenaran ini ? WallahuÂ?alam.

Nah, dalam kesibukan memilih teman dalam pergaulan sehari-hari itulah terjadi peristiwa kedua yang juga sangat menyentuh hati dan memberi kesan yang sangat mendalam bagiku.
Kejadiannya terselip dalam peristiwa rutinitas sehari-hari dan dalam waktu yang tidak terduga.
Yaitu waktu shubuh.

Ada sebuah kebahagiaan tersendiri yang aku rasakan menjelang waktu shubuh.
Yaitu kesempatan untuk berjalan menikmati suasana damai menjelang shubuh berdua saja dengan suamiku. Masjid tujuan kami letaknya lumayan jauh dari rumah dan waktu yang terhampar di selang perjalanan menuju masjid itu biasanya diisi dengan percakapan ringan yang lepas dari rasa kesal, jenuh dan bosan akan rutinitas pekerjaan dan kegiatan.
Yang ada hanyalah senda gurau atau curhat yang diiringi nasehat ringan diseling canda.
Biasanya, setelah melakukan shalat shubuh berjamaah di masjid kami segera bergegas menuju rumah karena tugas rutinitas sehari-hari telah menunggu.
Itu sebabnya waktu berangkat menuju masjid itu menjadi lebih istimewa (menjadi makin istimewa karena kadang kesehatanku yang sering terganggu dan kemalasan akibat kelelahan akan tugas sehari-hari membuat acara manis ini menjadi kian sulit dilakukan).

Hari itu, seperti biasa aku segera melipat perlengkapan shalatku dan mulai bersiap-siap untuk pulang ketika ada seseorang yang menyapaku.
Seorang wanita tua yang tampak tersenyum dan memberiku salam. Aku membalas salamnya sambil ikut tersenyum

?Apa kabar nak ?
kenapa sudah lama sekali tidak kelihatan ??
sambil beringsut, aku mendekati ibu tua itu dan duduk di hadapannya sambil menyalaminya dengan sopan.

?Sakit bu. Saya sudah beberapa hari ini sakit jadi tidak bisa pergi kemana-mana termasuk ke masjid ini.
Tapi alhamdulillah sekarang sudah sehat kembali. Ibu sendiri gimana kabarnya ??

?Alhamdulillah sehat nak?
Ibu itu masih memandangiku sambil tersenyum lembut sekali. Tiba-tiba dia meraih kedua pergelangan tanganku dan memegangnya dengan sangat erat.

?Ibu rindu sekali melihat kedatanganmu.. sudah hampir setengah bulan tidak melihat kamu hadir di sini.?
Aku hanya tersenyum tapi dalam hati tak urung heran.
Setengah bulan, artinya ibu itu menghitungnya.
Artinya lagi, ibu ini tentu jamaah tetap di kala waktu shubuh di masjid iniÂ?wahÂ? bagaimana aku bisa tidak tahu akan kehadiran ibu ini setiap kali aku shalat disini. Hmm, mungkin karena aku selalu tergesa untuk pulang karena memikirkan pekerjaan rumah tangga yang terasa sudah antri untuk dikerjakan.
Duh, betapa tidak pedulinya aku pada lingkunganku selama ini.
Kalimat ibu itu mulai terasa seperti sindiran bagiku.

?Ibu selalu berdoa agar kamu sehat nak? sungguh, ibu mencintai kamu karena Allah dan selalu berharap bisa bertemu kamu di sini, di masjid ini meski ibu sendiri juga tidak yakin karena ibu sudah sangat tua dan makin rapuh?
SubhanallahÂ?.
Kali ini aku sungguh-sungguh merasa terharu.
Selama ini aku tidak pernah memperhatikan apa yang terjadi pada lingkungan sekitarku.
Aku sibuk dengan urusan keseharianku sendiri, aku sibuk dengan diriku sendiri sedangkan ibu tua di hadapanku, yang mungkin hidupnya lebih susah, lebih kompleks permasalahannya, lebih rumit hal tentang kesehariannya, tetap memiliki kemampuan untuk memperhatikan lingkungannya.

Hmm.. tahukah anda. Kedua peristiwa berkesan di atas itu sebenarnya sebuah nasehat yang sangat manis dari Allah untukku.
Subhanallah. Kadang, sebuah nasehat itu tidak melulu hanya berupa sebuah tausiyah panjang lebar tentang hamparan hadits dan ayat.
Sebuah nasehat bisa juga berupa perbuatan. Sama seperti perbuatan gadis berjilbab di bis kota di atas.
Dengan memperlihatkan keramahan dan kesantunan serta keikhlasannya (sampai sekarang aku tidak pernah sekalipun lagi berjumpa dengannya, semoga Allah merahmatiNya selalu, amin), aku jadi tergugah akan keindahan ukhuwah dalam islam dan kemanisan budi pekerti muslimah sesungguhnya.
Lebih dari itu, muncul semangat untuk benar-benar mewujudkan jati diri sebagai ?Muslimah yang kaffah?, seperti nasehat yang diberikan dalam buku yang diberikannya secara cuma-cuma padaku.
Begitu juga dengan ibu tua di dalam masjid itu (hik..hik..aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya, dan aku sampai detik ini tidak tahu siapa namanya, dimana dia tinggal dan informasi apapun tentang dia.
Semoga beliau tetap dalam lindungan Allah SWT). Dengan kelembutan seorang ibu yang bijak, dia mengingatkan aku agar merindukan ?masjid? selalu sesibuk apapun kegiatanku... ibu itu juga mengingatkan aku bahwa penilaian akan lingkunganku selama ini sebenarnya tidak selamanya benar.
Bukankah di tengah hamparan rumput hijau di tengah padangpun selalu terselip bunga berwarna cantik yang harum baunya meski keberadaan bunga tersebut kecil mungil nyaris tak terlihat ?
Kehadiran mereka berdua adalah penyejuk dahaga di tengah perjalanan panjang dan membosankan karena keterasingan yang monoton.
Kehadiran mereka adalah pendorong semangat ketika ghirah mulai kendur karena rutinitas keseharian yang mulai menegangkan urat syaraf.
Hmm.. wallahuÂ?alam.

Aku jadi teringat sebuah hadits yang mengatakan bahwa :
?Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.?(Dari kitab shahih Muslim, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik).
Begitu besar rasa persaudaraan yang terkandung dalam hadits tersebut hingga tidak ada pemilahan kelompok di dalamnya yang berdasarkan pada beragam suku, ras, golongan, bangsa dan warna kulit. Semuanya adalah keluarga.
?Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara..? (al Hujurat:10).
Mencintai disini adalah menginginkan segala kebaikan yang dia miliki untuk turut pula dirasakan oleh saudaranya.

?Demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan dirinya sendiri.?(Dari riwayat Nasa?I).
Kebaikan disini adalah kebaikan ?menurut syariat? seperti ilmu yang bermanfaat, amal yang shaleh, dan akibat yang positif.
Tidak ada tempat di sini untuk penilaian yang bersifat subjektif yang sering kita berlakukan jika kita memilih teman tanpa kita sadari.
Sama seperti nasehat halus yang diberikan oleh gadis di bis kota itu padaku. Sementara teman-teman akhwat menolak kehadiranku yang ?berbeda? dengan mereka yang berjilbab lebar, maka gadis itu dengan penuh keikhlasan mengajarkan aku arti ukhuwah sesungguhnya dan tanpa sadar memberiku semangat untuk ?mengenal islam (agama perdamaian) lebih jauh?. Subhanallah.

Semoga kita semua bisa belajar untuk bisa pula menjadi suri tauladan seperti kedua tokoh ?nyataÂ? yang aku temui di dalam hidupku itu.
Sungguh Maha Kuasa Allah yang telah memberiku pelajaran yang sangat berharga.
?Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Engkau yang menciptakan ku dan aku adalah hambaMu.
Aku terikat dalam perjanjian dengan-Mu sekemampuanku.
Aku berlindung kepada-MU dari segala kejahatan yang telah aku lakukan.

Kiriman : bayu eko fitri yanto
sumber :http://tentang-pernikahan.com/article/articleindex.php?aid=631

Kamis, 07 Februari 2008

Change : Now or Loose

Dalam pengamatan (informal) ditemukan beberapa orang yang berstatus karyawan dalam kesehariannya hanya sekedar menjalankan rutinitas dikantor.
Dari mulai datang ke kantor , bekerja dan berkemas ketika jam ksudah menunjukkan waktu pulang kerja

Kondisi seperti ini sangat memungkinkan orang tersebut mengalami kejenuhan sehingga tidak lagi produktif.

Beberapa perusahaan menerapkan Sistem Mangemen Kinerja, melakukan penilaian karyawan berdasarkan target yang telah ditentukan diawal tahun.
Sistem ini lebih terbuka dan komunikatif, jika penilai dan ternilai benar-benar memahami “aturan main” system penilaian.
Penilai membuat penilaian berdasarkan pencapaian target dan perilaku kerja, bahan penilaian bisa dilihat dari interaksi sesame karyawan maupun customer
Ternilai juga berhak menilai diri sendiri, yang gunanya untuk didiskusikan pada pertengahan tahun dan akhir tahun.

Tahap I , penentuan target, yang disesuaikan dengan Visi & Misi Perusahaan,
Target ini harus memenuhi criteria SMART (Specifik,Measurable,Attainable,Relevant,Time - Bound)
Tahap II, dipertengahan tahun dilakukan evaluasi, ini berguna untuk mengetahui sejauh mana karyawan bisa mencapai target,
jika diperlukan, atasan dapat memberikan pembekalan jika karyawan dirasa tidak akan mencapai target.
Tahap III, Ini adalah akhir masa penilaian, kembali diselaraskan penilaian antara penilai dan ternilai, selama ada bukti . hasil penilaian masih adapat dirubah, Penilai tidak boleh bersikap otoriter yang mengakibatkan penilaian menjadi harga mati.

Apa yang bisa kita petik dari sini ?

Bagaimana jika konsep penilaian ini kita lakukan bagi diri kita sebagai individu, dimana kita bertindak sebagai penilai dan juga ternilai?


Mulai SEKARANG, kita buat target, perbaikan, dengan batas waktu harian,mingguan,bulanan,tahunan…
Melakukan ini dengan konsisten, Insya Allah akan membuat hari-hari penuh tantangan, hari – hari terisi dengan perbaikan,
Dengan demikian,
adakah hari yang sama di setiap harinya, jawabnya tentu tidak,
Mungkinkah kejenuhan itu datang jika setiap hari selalu berbeda dan luar biasa……????

Kita harus selalu berusaha untuk melakukan perubahan pada diri sendiri….

"Allah tidak akan merubah nasib satu kaum bila ia sendiri tidak merubahnya"

Untuk dapat merubah dunia, mulai dari diri sendiri….

jadi Change : Now or Loose



Sekalian memenuhi permintaan Alfi
Mencoba membuat target tahun ini, (nyontek target kantor nih )tapi belum SMART,
1. On Time Performance
Penginnya sholat ontime, nggak lagi ditunda-tunda
2. Zero Accident
Mudah-mudahan nggak ada lagi accident baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berinteraksi dengan orang lain
3. Cost Reduction Program
Memperketat skala prioritas dalam pengeluaran
4. Continuous Improvement
Tiada Hari Tanpa Training ( kantor nyontek aku nih hehehe...)
Belajar setiap saat,dari siapa saja dan apa saja yang kita temui
Lebih banyak waktu untuk memahami alquran & hadits
5.Mencapai target kantor



Do'akan ya…biar tercapai target tahun ini…….

Minggu, 03 Februari 2008

MAU ALASAN APA LAGI........ ......... ?????


Rating:★★★★★
Category:Other
Tatkala seorang yang kaya raya ditanya, "Mengapa engkau tidak beribadah ?"
Sang hartawan beralasan bahwa ia tidak punya waktu untuk beribadah karena seluruh waktunya dihabiskan untuk mengurusi kekayaannya.
Mungkin ia lupa bahwa dirinya sebenarnya tidaklah lebih kaya dari Nabi Sulaiman AS yang justru semakin bertakwa dengan bertambahnya kekayaannya.
Alasan apa lagi.......? ??

Pertanyaan serupa ditujukan kepada seorang karyawan, "Mengapa engkau tidak beribadah?"
Sang karyawan berargumen bahwa ia tidak punya waktu untuk beribadah karena sibuk dengan pekerjaannya.
Mungkin ia lupa bahwa dirinya tidaklah lebih sibuk dibandingkan dengan Nabi Muhammad SAW yang selain sebagai kepala negara dan panglima perang, beliau sebagai pendidik umat.
Alasan apa lagi........ ???

Seorang yang tidak berpendidikan ditanya, "Mengapa engkau tidak beribadah?"
Ia beralasan bahwa ia tidak mampu untuk beribadah karena ilmunya yang rendah.
Apakah ia lupa bahwa Nabi Muhammad SAW juga tidak bisa membaca dan menulis?
Alasan apa lagi ........???

Begitupun ketika seorang hamba sahaya ditanya, "Mengapa engkau tidak beribadah?"
Sang hamba sahaya beralasan bahwa ia tidak punya waktu untuk beribadah karena sibuk melayani majikannya.
Apakah ia lupa bahwa dirinya tidaklah lebih sibuk dan sengsara dibandingkan dengan Nabi Yusuf AS?
Alasan apa lagi.......? ??

Seorang yang sedang sakit ditanya dengan pertanyaan yang sama, "Mengapa engkau tidak beribadah?"
Sang pasien beralasan bahwa ia tidak punya waktu dan tenaga untuk beribadah karena derita sakitnya.
Cobalah ia ingat lagi, derita sakitnya itu belumlah seberapa dibandingkan dengan penderitaan yang dirasakan oleh Nabi Ayub AS.
Alasan apa lagi....???

Padahal Allah telah jelas berfirman dalam Al-Qur'an dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 : "Tidak semata-mata Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

SEKARANG.... ......... ..MAU ALASAN APA LAGI........ ......... ?????

(Dicuplik dari : Sentuhan kalbu melalui kultum Ir. Permadi Alibasyah

posted on :smanza@yahoogroups.com
From : "Zahra Community"
Date :Sun, 3 Feb 2008 17:16:25 -0800 (PST)
Subject :Gak Ada Alasan

Sabtu, 02 Februari 2008

The Islamic Gallery

http://www.al-islam.org/gallery

Galerynya bagus-bagus nih
Menu utamanya...mmm nggak bisa comment ya...

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?


Rating:★★★
Category:Other
"Kenapa Nak Mas......... .......?" Tanya Ki Bijak demi melihat Maula yang nampak menengadahkan wajahnya sambil menerawang, matanya sedikit
berkaca-kaca.

"Ki, Aki dengar suara orang mengaji itu ki.......... ........? " Maula balik bertanya.

"Iya Nak Mas, itu surat Ar-rahman, ada apa Nak Mas......... ......." Kata Ki Bijak.

Maula terdiam sejenak, ia menghela nafas panjang, sejurus kemudian Maula mengutarakan apa yang mengganjal didalam hatinya.

"Ki, ana malu sekali setiap kali setiap kali ana mendengar ayat-ayat itu ki.......... .." Kata Maula.

"Ayat yang mana Nak Mas......... ........? " Tanya Ki Bijak heran.

"Mulai ayat ketiga belas ki.......... ......... " Kata Maula sambil mengutip ayat dimaksud.

13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

"Kenapa Nak Mas......... .....?" Tanya Ki Bijak.

"Ana malu karena ana merasa telah banyak mendustakan nikmat Allah yang
selama ini ana rasakan..... ......... ......." Kata Maula.

"Lalu....... ......... .?" Tanya Ki Bijak.

"Ki, sejujurnya, akhir-akhir ini ana mengalami pergulatan bathin yang sangat keras, ana merasakan gejolak bathin yang demikian kencang, ana merasakan desakan nafsu yang terus menerus mendorong ana untuk memenuhi keinginan-keinginan duniawi ana ki, seperti ana pengin mendapatkan pendapatan lebih, ana ingin punya kendaraan, ana pingin rumah yang lebih besar, dan masih banyak lagi desakan-desakan seperti itu ki.......... ....." Kata Maula.

"Ya Nak Mas......... ........" Ki Bijak membiarkan Maula untuk mengeluarkan seluruh unek-uneknya.

"Sementara disisi lain, ana merasakan `ketakutan' yang luar biasa ketika ana mendengar ayat itu ki, ana takut sekali kalau keinginan-keinginan ana itu mengurangi rasa syukur ana atau ana terjebak untuk mendustakan nikmat-nikmat Allah selama ini ki.......... ......... .." Kata Maula.

Ki Bijak mulai mengerti apa yang dimaksud Maula, lalu dengan bijak dan tutur kata yang lembut, Ki Bijak memberikan nasehat kepada Maula.

"Nak Mas, Aki mengerti apa yang Nak Mas rasakan, Aki mengerti gejolak bathin Nak Mas, Aki juga memahami keinginan-keinginan keinginan Nak Mas, selain Nak Mas masih muda, peperangan bathin semacam itu memang sangat lazim dialami oleh mereka yang tengah meretas ilmu menuju perbaikan ..." Kata Ki Bijak.

"Ki, apa yang harus ana lakukan..... ......... .?" Tanya Maula.

"Nak Mas, keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih, keinginan untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi, keinginan memiliki kendaraan dan keinginan-keinginan semacam itu adalah sesuatu yang lumrah dan wajar dimiliki oleh setiap orang, karena itu sebagian dari fitrah kita untuk menjadi lebih baik..."

"Keinginan-keingina n seperti itu wajar ki.......... ...?" Tanya Maula sedikit heran

"Benar, keinginan-keinginan sperti itu wajar dengan sebuah catatan..... ......... " Kata Ki Bijak.

"Dengan sebuah catatan ki.......... ..?" Tanya Maula lagi.

"Ya, dengan catatan semua keinginan Nak Mas itu dilandasi dengan pondasi yang benar dan kokoh....... ....." Kata Ki Bijak.

"Maksudnya ki.......... .......?" Tanya Maula

"Setiap orang ingin `kaya' itu wajar, selama ia tidak memandang kekayaan itu sebagai suatu kemuliaan, dan menganggap bahwa kemiskinan adalah sebuah kehinaan.... ......" Kata Ki Bijak.

"Yang banyak terjadi sekarang ini adalah orang-orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan kekayaan karena menganggap dengan kekayaan ia otomatis menjadi mulia, pahadal anggapan seperti itu bisa jadi salah....... ......... " Kata Ki Bijak.

"Salah kenapa ki.......... ...?" Kata Maula.

"Harta yang banyak, pangkat yang tinggi, rumah bertingkat, tidak lebih merupakah sebuah `alat', bukan merupakan tujuan, benar kita dalam menggunakan alat itu, maka besar pula potensi kita mencapai tujuan kita, sebaliknya, salah sedikit saja kita memakai `alat' itu, bisa jadi senjata makan tuan........ ."

"Sudah banyak contoh orang yang menjadikan harta, pangkat dan jabatan sebagai tujuan, dan akibatnya ia lupa bagaimana menggunakan alat tersebut dan pada akhirnya mencelakakan dirinya sendiri...",

"Harta yang berlimpah, ketika digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, digunakan dijalan Allah, digunakan untuk menyantuni anak yatim, digunakan untuk membantu pendidikan, digunakan untuk berjihad dijalan Allah, harta yang semacam inilah yang akan menolong dan menyelamatkan pemiliknya dari siksa api neraka...... "

"Jabatan dan wewenang yang digunakan untuk mengayomi rakyat, jabatan dan wewenang untuk yang digunakan untuk melindungi kaum lemah, untuk menegakan keadilan, untuk memberantas kemaksiatan, jabatan dan wewenang semacam inilah yang akan menjadi tameng bagi para pemiliknya dari kehinaan didunia dan diakhirat... ........"

"Rumah besar, mobil mewah yang digunakan untuk menghidupkan rasa syukur kepada Allah, rumah besar dan mobil mewah yang mengantar pemiliknya melintasi jalan-jalan keridhaan Allah, maka rumah dan mobil semacam inilah yang akan menjadi benih-benih kebaikan bagi pemiliknya didunia dan akhirat...." Kata Ki Bijak.

"Sebaliknya, harta yang berlimpah, yang digunakan untuk foya-foya, untuk bermaksiat, untuk berjudi, untuk berbangga diri, harta semacam ini merupakan bahan bakar yang setiap saat menyala dan membakar pemiliknya.. ....."

"Pangkat dan jabatan yang digunakan untuk menindas, untuk berbuat dhalim,untuk memenuhi nafsu birahi, pangkat dan jabatan semcam ini merupakan bara dalam sekam, yang pada gilirannya akan menghanguskan pemiliknya.. .."

"Pun demikian dengan rumah megah dan mobil mewah yang digunakan bukan pada tempatnya, hanya akan menjadi pemicu lahirnya keburukan-keburukan bagi pemiliknya.. ......... ......." Kata Ki Bijak.

"Jadi bagaimana ana harus bersikap, ki.......... ......... .." Tanya Maula.

"Sikapilah semuanya sebagai sebuah ujian Nak Mas, keinginan Nak Mas, adalah ujian sejauh mana Nak Mas mampu mengendalikan keinginan-keinginan itu agar tidak menjadi liar dan tidak terkendali, sebaliknya `ketakutan' Nak Mas juga harus dimaknai bahwa Nak Mas lebih dalam lagi mengaji dan mengkaji apa yang terkandung didalam ayat-ayat itu, menurut hemat Aki, Allah tidak bermaksud menakut-nakuti kita dengan ayat itu, tapi lebih sebagai bukti rahman rahim_Nya agar kita tidak benar-benar terjebak untuk mendustakan nikmat- nikmat- Nya...... ." Kata Ki Bijak.

"Lalu Aki pesan kepada Nak Mas, agar Nak Mas memperkaya hati Nak Mas terlebih dahulu sebelum Nak Mas disibukan untuk mengejar kekayaan duniawi, agar kelak, insha Allah, jika Nak Mas dipercayai amanah berupa harta maupun pangkat dan jabatan, Nak Mas sudah memiliki landasan yang kokok dan kuat untuk tidak memandang kekayaaan, pangkat dan jabatan secara berlebihan, agar Nak Mas tidak terjebak menjadi orang yang mendustakan nikmat Allah.." Kata Ki Bijak.

"Terima kasih ki, semoga Allah memberikan ana kekayaan hati, kekayaan hakiki, kekayaan yang akan menjadi jembatan ana untuk mendekat kepada_Nya.. ....." Kata Maula.

"Semoga Nak Mas......... ......... " Jawab Ki Bijak sambil menyambut uluran tangan Maula yang pamitan.

Wassalam
- Oleh : Casnadi -

sumber:
------------
[islamdotnet.com] Digest Number 422
Posted by: "herry malmsteen" herry@..........co.id racing_maniac1973
Fri Feb 1, 2008 11:50 pm (PST)

gambarnya dari : http://www.al-islam.org/gallery/kids/Clipart/people