
Dalam bahasa dan situasi yang berbeda, kalimat ini begitu bermakna dalam kehidupan ini.
Seperti yang disampaikan seorang rekan kerja, seorang anggota AURI yang kebetulan berdinas menjaga keamanan di lingkungan kerja , ketika sedang menunggu kedatangan pesawat.
Mas, pak dhe saya pernah bilang " Le, urip iki dadio koyo iwak laut !"
( Nak, hidup itu jadilah seperti ikan laut )
wah.. aku nggak pernah dengar, maksudnya apa?
Jawabku sambil teringat
QS. Al Baqarah, 2: 26
“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”
“Gini mas, Pak Dhe ku dulu juga nggak mau ngasih tahu, tapi lama tak pikirin ternyata gampang artinya tapi berat untuk dijalani”
“Ikan laut hidupnya di laut, laut itu airnya asin, tapi kalau kita makan ikan laut , nggak asin kan ?”
“Sebenarnya bukan itu aja mas, masih banyak lagi , coba kita lihat bagaimana ulat menjadi kupu – kupu.
Setelah menjadi kupu – kupu, banyak yang suka, tetapi kupu – kupu sendiri, tetap mengikuti ayunan tangkai bunga dimana dia hinggap”
Benar juga, sesaat aku terdiam memahami makna yang begitu luar biasa dari sebuah perumpaan.
Terkadang kita lupa, siapa diri kita,
Melihat orang lain yang kita anggap lebih, maka kita berusaha menjadi seperti orang itu.
Jika hal itu berupa materi, tentunya hal ini akan memberatkan diri kita sendiri, hingga pada akhirnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapainya.
Hal yang lebih berbahaya , jika ternyata apa yang kita tiru ternyata “kebenaran semu” yang mengarahkan kita pada kesesatan, karena yang kita hanya melihat tanpa mengetahui yang sebenarnya.
Menjadi diri sendiri
Bukan berarti pasrah pada keadaan, tetapi berusaha mencapai apa yang kita inginkan, sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang kita miliki.
Bukan berarti tidak berbagi atas keberhasilan yang telah kita capai.
14 komentar:
setujuuuuu Mas Gogod....
katanya para pinisepuh gitu................
online nih..kirain tadi dah log out................
neng omah sepi mas... suami kerja di Handil.. tgl 16 baru off...
pengalaman pribadi nggih pak... semangatnya ituu...
Kata Mbah kulo: "ojo maling, ojo mendem(mabok), ojo madon
(main perempuan), ojo main(judi) lan ojo mrokok, uripmu bakalan slamet Le .. " He3x ..
Ita.ini asli dari mas Banu orang AURI, pas lagi ngobrol di tempat penyusunan bagasi, cuman kemasannya aja yg beda
Heru: boleh juga entar dibuat reviewnya MO-LIMO hehehe, nanti ada waktunya, tapi satunya bukan mrokok tuh..(protes)
..^_^.. iya kak.. bukan dari mas Banu juga nggak apa2 kok.. pasti ita ngerti banget..^_^...
ya..semoga bermanfaat
asik nih...aku bisa nambah kosa kata bahasa Jawa....hehehe....
entar gantian ajarin aku bahasa rendang ya..eh padang ya...
Tfs.....There are 3 things that my father always taught us since we're little: Be Brave, Be Patient, and Be Yourself. And I find them later on in the teachings of Islam too (QS 2;214, Qs 2;45, 17:36). I carry around in my mind and in my life those 3 things.......
tks to remind me....
sorry im cheating "Hope I'm Not Blind"
Bersyukur kepada Allah merupakan kewajiban yang sangat mendasar bagi kita. Kita sudah diberikan kenikmatan yang sangat banyak oleh Allah azza wa jalla. Tapi permasalahannya kadang kita tidak menyadari kalau hal tersebut merupakan nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.
iya mas..kesadaran tentang ini memang, perlu latihan juga..
kadang yang di anggap "kenikmatan " itu cuman semua yang kasat mata dan mendadapk tok...
makasih mas..
Posting Komentar