Setelah merenung sejenak, aku menyadari bahwa memang terjadi perubahan, dan aku juga nggak tahu apa penyebabnya....
Trigger yang kedua, mempelajari Islam itu mudah, dan aku yang begitu suka dengan bermain logika, semua bisa dinalar.
Aku yakin Tuhan itu satu, it a simple thing, bayangkan apa jadinya jika dalam satu rumah tangga ada dua kepala keluarga, apalagi lebih dari dua?
Tentang Nabi Muhammad saw, tidak mungkin Allah swt menyampaikan kepada semua makhluk yang ada di bumi ini tentang apa saja, tentu ada penyampai pesan, dan Muhammad saw lah yang terpilih
Sholat, selalu harus ada cara untuk menyampaikan pesan kepada Dia yang maha segalanya, rasakan setiap gerakan dalam sholat.. pasti ada maknanya
aku tidak terlalu peduli dengan harus melafalkan niat atau tidak, harus menggunakan qunut atau tidak, pokoknya lakukan saja, intinya Allah tahu kok apa yang kita lakukan
Puasa, ibaratkan sebuah balapan mobil, disana ada pit stop, itu pemahaman paling simple
atau merasakan apa yang orang lain rasakan, mereka yang tak seberuntung kita, tentu itu membuat kita lebih "manusiawi" dan punya rasa belas kasihan, tidak sombong de el el
Zakat, pemahaman yang paling mudah, apa salahnya sih berbagi, negara aja pakai pajak kok
Ibadah haji , tidak ada yang memaksa, kalau mampu, ini sama halnya dengan orang pulang kampung, tapi pulang kekampungnya Allah, kekampungnya mereka yang telah mengajarkan kita... sama makna bahkan lebih dari sekedar pulang kampung
Karena alasan diatas, hanya itu yang kupelajari, pelajaran disekolah yang alakadarnya.
Saking Logikanya, bahkan aku tak begitu respek dengan meminta doa kepada para orang yang lebih soleh, kiai para pemuka agama, karena aku berpikir, untuk meminta kepada Allah, kenapa harus melalui perantara, toh kita bisa kok minta langsung.
Da....n kebetulan sekali, aku selalu percaya , tidak ada doa yang tak dikabulkan, yang ada juga ditunda, atau diganti yang lebih baik buat kita.
membaca Alqur'an bukanlah hal yang utama buatku, tapi mengetahui makna dan isi alqur'an agar kita bisa mengamalkannya... itu lebih utama
Mendengarkan tausiyah hanya yang "enak" buat dilakukan, "cocok" dengan apa yang kupikirkan.
Mempelajari agama lewat buku, internet, dan tanpa sadar, pasti memilih yang sesuai logika-ku
Sekian lama keyakinan seperti itu melekat diotakku, layaknya katak dalam tempurung
Semakin banyak ujian dari Allah, semakin banyak cobaan yang datang, sampai pada titik dimana hampir tak mampu lagi melewatinya, aku tetap yakin, Allah sedang menunjukkan kasih sayangNya padaku,
Akhirnya aku menyadari ini sebagai sebuah peringatan, bahwa keyakinanku selama ini salah, Islam bukan seperti itu, apa yang kupahami belum ada apa apanya, jika diukur dengan ukuran manusia yang paling kecil, maka apa yang kupahami tentang Islam lebih kecil dari ukuran itu
Aku harus lebih banyak belajar.
Seorang ustadzah, yang biasa berdiskusi denganku berkali kali mengingatkan, iman dulu, yakinkan diri bahwa kita benar benar yakin kepada Allah swt ,
Tapi saat itu , aku masih yakin bahwa kuncinya adalah aku harus melakukan semuanya dengan benar, sholat , puasa, zakat.......
Titik Balik
Sungguh, Allah swt tetap tidak meninggalkanku, ketika seorang kawan memberikan jalan untuk bertemu dengan seorang ustadz,
beliau menceritakan :
bagaimana wahyu Allah diturunkan dari mula,
ayat ayatnya begitu pendek, isinya, menjelaskan keesaan Allah, mengajarkan tentang keyakinan akan Allah swt. (ciri ciri surat makiyah)
Masih dengan logika, dari situ terlihat jelas, bahwa Allah mengajarkan,
yang pertama kali dilakukan adalah Keyakinan, Kecintaan pada Allah swt
ibaratkan seorang yang sedang kasmaran, apapun akan dilakukan untuk yang dicintainya
Bukankah itu juga berlaku dalam kehidupan dunia, kalau kita tulus mencintai pasangan kita, akankah ada perselingkuhan, pertengkaran?
Kalau kita mencintai keluarga dan saudara saudara kita, akankah kita menyia nyiakan
Kalau kita mencintai rekan kerja kita, atasan kita, bawahan kita, tidak mungkinkah kita menjadi team work yang solid?
ayat ayatnya begitu pendek, isinya, menjelaskan keesaan Allah, mengajarkan tentang keyakinan akan Allah swt. (ciri ciri surat makiyah)
Masih dengan logika, dari situ terlihat jelas, bahwa Allah mengajarkan,
yang pertama kali dilakukan adalah Keyakinan, Kecintaan pada Allah swt
ibaratkan seorang yang sedang kasmaran, apapun akan dilakukan untuk yang dicintainya
Bukankah itu juga berlaku dalam kehidupan dunia, kalau kita tulus mencintai pasangan kita, akankah ada perselingkuhan, pertengkaran?
Kalau kita mencintai keluarga dan saudara saudara kita, akankah kita menyia nyiakan
Kalau kita mencintai rekan kerja kita, atasan kita, bawahan kita, tidak mungkinkah kita menjadi team work yang solid?
Satu hal lagi yang kuyakini saat ini, kita tidak bisa belajar sendiri,
harus ada pendamping, harus ada yang membimbing agar kita tidak salah arah
Sama seperti seorang yang masuk kesatu wilayah yang belum pernah didatangi
mungkin bisa menggunakan kompas, mungkin bisa menggunakan arahan dari cerita orang
TAPI ADA KEMUNGKINAN KITA AKAN TERSESAT
DAN ADA KEMUNGKINAN KITA AKAN SAMPAI KETUJUAN
Berbeda dengan ketika kita didampingi oleh seorang pemandu jalan
yang sudah berepengalaman dan mengenal daerah itu
harus ada pendamping, harus ada yang membimbing agar kita tidak salah arah
Sama seperti seorang yang masuk kesatu wilayah yang belum pernah didatangi
mungkin bisa menggunakan kompas, mungkin bisa menggunakan arahan dari cerita orang
TAPI ADA KEMUNGKINAN KITA AKAN TERSESAT
DAN ADA KEMUNGKINAN KITA AKAN SAMPAI KETUJUAN
Berbeda dengan ketika kita didampingi oleh seorang pemandu jalan
yang sudah berepengalaman dan mengenal daerah itu