Selasa, 27 Oktober 2009

Butir Butir Pancasila ...ada yang salah?

Rating:
Category:Other

Menyebutkan Pancasila sebagai dasar negara, seolah olah terasa ada yang salah atau ada yang aneh bagi sebagian orang di era sekarang ini.

Sebenarnya, bagian mana ya yang salah.......?

Waktu masih di Sekolah Dasar, rasanya hampir semua siswa hapal dengan butir butir Pancasila, tapi sekarang, kira kira masih ada nggak ya yang tahu tentang ini, atau mungkin ini sudah tidak lagi berlaku

Mungkin karena pengetahuan saya yang masih banyak kekurangan, saya melihat point point yang ada di butir butir Pancasila, tidak ada salahnya sebagai panduan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat...

Tentunya..kita tidak dapat mencampur adukkan dengan menganggap sebagai "panduan" berarti mengalahkan panduan dasar dalam keagamaan


Dengan kata lain, Panduan dalam Agama diibaratkan sebagai sebuah undang undang, sedangkan Pancasila diibaratkan sebuah petunjuk tehnis pelaksanaan undang undang...

1.     Ketuhanan Yang Maha Esa

  1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap
    Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
    sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
    kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
    agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
    Esa.
  4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
    kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
    yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
  6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
    sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
  7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
    Esa kepada orang lain.

2.     Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

  1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
    martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
    manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
    kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
  3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
  4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
  5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
  6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
  10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3.     Persatuan Indonesia

  1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
  3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
  4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
  5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
  6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
  7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4.     Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan

  1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
  2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
  3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
  4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
  5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
  6. Dengan i'tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
  7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
  9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
  10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5.     Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

  1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
  2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
  3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  4. Menghormati hak orang lain.
  5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
  6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
  7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
  8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
  9. Suka bekerja keras.
  10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
  11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Rabu, 21 Oktober 2009

wanita itu , bernama Chriss

Entah pengaruh apa yang membuatku begitu tertarik untuk melihatnya..wajahnya sih nggak cantik cantik amat, yaaa biasa aja, terus apanya yang menarik

Dandanannya…?? Biasa juga, yahhh wajarlah untuk ukuran seusianya apalagi dengan profesinya
Sebenarnya, wanita disebelahnya lebih cantik, tapi kok dia lebih menarik ya

Kira kira seperti itulah yang ada dipikiranku,  tanggal 20 Oktober 2009, ketika sedang menunggu di sebuah kantor pelayanan umum provider internet.

Waktu itu nomor antrian yang kuperoleh 104, sementara pelanggan yang dilayani baru nomor 64 , meski petugas tersedia 3 orang.
Karena kebetulan dapat tempat duduk didepan, sehingga mau tidak mau, melihat petugas yang sedang melayani pelanggan.

Hanya saja petugas yang dimejanya terdapat papan nama bertuliskan “CHRIS”, memang menarik perhatianku.

Awalnya dari suara yang terdengar jelas saat dia memberikan penjelasan kepada pelanggan yang dilayani, suaranya lantang, tapi bukan berteriak, kalau dilihat dari gerak gerik mulutnya, lepas tapi terkontrol.

Eye contact,nggak melotot sih, tapi pas banget, penggunaan bahasa tubuh juga nggak berlebihan
Iseng , aku buka hp ku, sekedar pengin berbagi untuk rekan rekan tentang bagaimana menjadi “pelayan”, dari jauh ku rekam menggunakan fitur video recorder.

Ternyata ada lagi yang berbeda, setiap kali datang pelanggan, dia berdiri dan memberikan salam, persis seperti salam yang dicanangkan sebuah perusahaan penerbangan sebagai salam perusahaannya.

Demikian pula pada saat pelanggan beranjak dari duduknya setelah dilayani, ini dilakukan secara konsisten pada setiap pelanggan…

Sepertinya hal yang sangat sederhana, tapi tidak mudah melakukannya tanpa keikhlasan dalam melayani :

Salam, Senyum, eye contact, dan penggunaan bahasa tubuh yang tidak  berlebihan


Sayang, begitu nomor antrianku dipanggil, bukan untuk ke mejanya chriss, meski demikian, terimakasih chriss, setidaknya menunggu antrian yang begitu panjang tidak lagi menjemukan, karena menikmati sebuah “pelayanan dari hati”

Tulisan ini akan saya kirim ke perusahaan tempat chriss bekerja,sebagai bentuk apresiasi
semoga bermanfaat

Lebih mudah mencela

Kalimat yang paling mudah terucap adalah mencela, meskipun terkadang beberapa orang berdalih menyebutnya sebagai “kritik”.
Padahal yang namanya kritik itu, seharusnya berisi penyampaian kekurangan & saran bagaimana memperbaiki....
kalau hanya menyampaikan kekurangan apalagi kelemahan, namanya mencela

Dan yang lebih menyedihkan lagi, jika kalimat itu justru tidak disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan, tetapi malah kepada orang lain.

Ternyata memang susah untuk memberikan pujian kepada orang lain, jika ada yang tidak percaya, coba sampaikan kelebihan orang sedang ada di dekat kita, saat ini juga….

Jika kita diberi waktu 5 menit, mungkin hanya 1 pujian yang bisa kita berikan, itupun kita sudah memeras otak untuk mendapatkannya, tetapi jika kita diminta untuk memberikan “kritik”, bisa jadi kita akan memperoleh 10 kalimat yang mudah sekali untuk diucapkan.

Beberapa pujian kadang muncul hanya sebagai pemanis bibir, bukan pujian yang benar benar tulus dari hati, dan bahkan mungkin tidak jujur.

Biasanya, jika kita merasa tidak puas akan sesuatu, begitu kuatnya keinginan kita untuk segera menyampaikan, bahkan jika mungkin menyebarkannya ke semua orangyang kita temui.

Tetapi, jika kita merasakan sebuah kenyamanan, sedikit sekali orang  yang mampu menyampaikan langsung, apalagi menyebarluaskan.

Dalam dunia jurnalistik, tentunya sangat tidak “menjual” jika kita menuliskan tentang pujian, sementara sebaliknya, ketika tulisan dengan head line yang berisi memperolok orang lain, akan  jauh lebih laris dipasaran.

Seperti pada permainan “blog berantai”, kali ini saya ingin mengajak pembaca tulisan ini untuk sedikit memberikan pujian bagi seseorang dengan  berbagi pengalaman
Pengalaman yang menarik tentang seseorang yang membuat kita terpesona, yang tentunya terdapat beberapa hal yang dapat kita ambil maknanya dalam keseharian kita…

Jika ada yang berminat, syaratnya mudah
1.    Tuliskan saja sebuah pengalaman menarik, tentang orang lain
2.    Tuliskan pula pada bagian akhir sebagai footnote, pelajaran apa yang dapat kita petik
3.    Jangan lupa diberi tag “belajar memuji
4.    Biar lebih seru, boleh dah di tag ketemen lain....

Biar laku, saya  mulai duluan ya….di tulisan saya “wanita itu , bernama Chriss”

Berikutnya, pe er buat :
1.    Yanti vijaya
2.    Truly
3.    Nina Mulhadi
4.    Yana
5.    Dinar Sugiantoro 
6.    Emy Wahyuningtyas
7.    Dian Utami
8.    Suyitno
9.    Para pengintip tulisan ini :DD

Minggu, 04 Oktober 2009

Bencana, Ego dan Akal


Belum pernah saya menemui sebuah referensi yang menyatakan bahwa bumi akan bertumbuh atau berkembang, dalam arti kata, ukuran bumi tidak akan berubah.
Yang ada justru daratan yang semakin mengecil, berarti tempat untuk hunian manusia akan semakin berkurang.
Sementara jumlah manusia akan terus bertambah.

jika diibaratkan bumi sebagai sebuah mangkuk, dan manusia adalah apa yang ada di dalam mangkuk tersebut, tentunya kiita lebih mudah membayangkan, bagaimana mangkuk itu akan terus padat dan penuh sesak.

Mungkin ada yang mengatakan "bukankah manusia juga akan mati dan digantikan oleh bayi bayi yang  baru lahir?'

Memang benar, tapi adakah keseimbangan antara kematian dan kelahiran? ditambah lagi aspek lain, dimana tingkat pembangunan dan perusakan akan daratan juga begitu besar.

Kalu kita melihat data statistik berikut, kita , dapat melihat dari satu sisi saja, bagaiman bumi akan menjadi lebih padat, Data diambil dari situs BPS disini
















Meski persentasi pertumbuhan penduduk menurun, tetapi tidak ada yang bernilai negative, sehingga kepadatan tetap saja bertambah

Lalu apa kaitannya dengan bencana ??

Mungkin sudah bisa ditebak, bencana sebagai salah satu "alat" dari Allah swt untuk mengurangi jumlah penduduk yang paling efektif,
pertanyaannya adalah, kenapa bencana itu terjadi di Indonesia? tidak ada yang bisa menawab dengan pasti.
Satu hal yang bisa kita lakukan hanyalah dengan semakin berserah kepada Allah dan menerima apa yang diberikan Allah dengan ikhlas.

Lalu bagaimana kaitannya dengan Allah memberikan kelebihan kepada manusia yang membedakan dengan makhluk lain, yaitu berupa akal dan pikiran ?

Sebuah opini yang mungkin berbeda dengan beberapa orang ?

Sebelumnya mari kita lihat fakta dibawah ini :
  1. Data diatas dengan gamblang menjelaskan , bahwa pertumbuhan itu harus ditekan, sumber daya alam harus dipertahankan
  2. Begitu menurunnya moral generasi muda (meski tanpa data yang pasti, saya yakin kita sepakat akan hal ini ), kelahiran diluar nikah, banyaknya ditemukan bayi tanpa orang tua
  3. Masih banyaknya mereka yang hidup dalam kemiskinan

Dari tiga point diatas, saya sangat tidak sependapat dengan mereka yang memiliki kemampuan secara materi maupun non materi berkata " saya sangat ingin memiliki anak sebanyak banyaknya"

dari pernyataan diatas, saya tidak melihat makna nikmat Allah yang diberikan kepada kita , yaitu akal dan kemapuan berpikir yang lebih dibanding makhluk lainnya.

pernyataan yang menurut saya hanyalah didasri oleh nafsu & ego

Untuk apa memiliki anak banyak?, kalau alasannya untuk membentuk sebuah "komunitas',
lalu bagaimana dengan anak anak disekitar kita yang masih memerlukan perhatian, dengan segala kekurangannya?

Cukupkah mereka kita berikan santunan untuk biaya sekolah?

Bukankah akan lebih berharga, jika anak anak tanpa orang tua, "dibawa masuk" menjadi sebuah keluarga, tentunya selain kebutuhan materi terpenuhi, mereka yang "membawa masuk" kedalam keluarga mereka, juga bisa bersedekah rohani, membentuk jiwa mereka, atau mungkin menumbuhkan mujahid mujahid kecil yang tangguh.

Sebagai penutup tulisan ini, mingkin kita bisa menjawab pertanyaan berikut:
Keturunan atau lingkungan yang mampu membentuk jiwa seseorang ?