Rabu, 29 April 2009

not a play

Kesan pertama mengenalnya pasti norak banget dan nggak je-es
tapi lama lama asik juga, selalu ada saja yang bisa diambil dari setiap apa yang dilihat dan ditemuinya, terkadang melihat dari kacamata yang tidak biasa, bahkan terbalik

Ini ceritanya wakidjan dari jeng yanti


Wakidjan begitu terpesonanya dengan permainan piano Nadine.

Sambil bertepuk tangan, ia berteriak, “Not a play! Not a play!”Nadine bengong. “Not a play?”

“Yes. Not a play. bukan main. “Tukidjo yang menemani Wakidjan terperangah. “Bukan main itu bukan not a play, Djan.” ” Your granny (Mbahmu). Humanly I have check my dictionary kok. (Orang saya sudah periksa di kamus kok)”

Lalu berpaling ke Nadine. “Lady, let’s corner (Mojok yuk). but don’t think that are nots (Jangan berpikir yang bukan-bukan). I just want a meal together.” (makan bareng).” “Ngaco kamu, Djan,” Tukidjo tambah gemes.

Don’t be surplus (Jangan berlebihan), Djo. Be little is OK toch.?” Nadine cuman senyum kecil. ” I would love to, but….” ” Sorry if my friend make you not delicious (Maaf kalau teman saya bikin kamu jadi nggak enak)” sambut Wakidjan ramah.

“Different river, maybe (Lain kali barangkali). I will not be various kok (Saya nggak akan macam-macam kok).”

Setelah Nadine pergi, Wakidjan menatap Tukidjo dengan sebal. “Disturbing aja sih, Djo. Does the language belong to your ancestor (Emang itu bahasa punya moyang lu)?”

Tukidjo cari kalimat penutup. “Just itchy Djan, because you speak English as delicious as your belly button.” (Gatel aja, soalnya kamu ngomong Inggris seenak udelmu dewe).

Wakidjan cuma bisa merutuk dalam hati, “His name is also effort.” (Namanya juga usaha)…

 

*ngeditnya sambil mringis.....terkadang aku sama juga ma wakidjan..
yah no what what lah, as long as you understand, me understand..
can already (dapet dari
bu Roz)

Wakidjan

Setahuku....
Sosok satu ini saya kenal dari jeng yanti....

Wah jan ..orang ini emang gimana ya... mungkin mirip lah sama abunawas, cuman spesialisasinya aja yang beda.

Awalnya sih ngakak habis.... lama lama....tambah ngakak....

Kesan yang kuperoleh ... si Wakidjan ini sepertinya kok ya mucil ( ala banjar nih ) terus sedikit nyenyes (wah palembangnya masuk dah) yang paling dominan... dlehek-nya itu loh ( waduh bahasa mana lagi nih), asem tenan kok..

Sebenarnya, kita mesti kasihan sama si wakidjan, lah tapi dianya nggak mau je dikasihani, katanya no what what lah....whatever you say  i am still Wakidjan..
Nah rak nemen to....???

Aslinya Wakidjan ini punya beberapa kelebihan,

keberaniannya...wiss nggak diragukan lagi, PeDhe-nya..luaaarrrrr biasa.....
(Kalo bahasa kerennya para pengusaha rak yo begini to..harus berani ambil resiko)

Nggak ada sakit hatinya.... itu juga perlu ditiru
(lawong sekarang “untuk bisa bahagia aja. Ada sekolahnya khusus loh...)

Nggak ada matinya..wahh bener bener, setiap yang ketemu dia pasti welcome kayak keset.....
(Susah to jadi keset, orang lain mesti belajar ilmu komunikasi loh...lah akijan wis nggak perlu lagi di ajarin ice breaking, wong wis pecah rakaru karuan)

Sekian dulu kenalan dari Wakidjan...
Selanjutnya, bukan kok mau mentertawakan ketidak mampuan Wakidjan, biar dengan gayanya yang ”ndlehek” tadi ada loh luarrr biasanya.....

Ragasanmata...




Alhamdulillah masih bisa menemani hari yang bia membuatnya bahagia
tanpa terasa sudah 10 tahun dia mengisi hari hari ku, meski tak lebih dari 10 tahun aku bersamanya...
Happy Birthday cantik,
semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepadamu,
untuk menjadi anak yang sholehah

melindungimu, dan selalu memberikan yang terbaik untukmu
amiin....

Selasa, 21 April 2009

Sharpen the axe

Rating:★★★★★
Category:Other
@^@%@&$*!&!(#^$&%$(!&%$~)@^%$!@#&*!@
Old story:
“Once upon a time a very strong woodcutter asked for a job from a timber merchant, and he got it.  The pay was really good and so were the work conditions.
For that reason, the woodcutter was determined to do his best. His boss gave him an axe and showed him the area where he was supposed to work.
The first day, the woodcutter brought 18 trees “Congratulations,” the boss said. “Go on that way!”
Very motivated because of the boss’ words, the woodcutter try harder the next day, but he only could bring 15 trees.
The third day he tried even harder, but he only could bring 10 trees.
Day after day he was bringing less and less trees. “I must be losing my strength”, the woodcutter thought.
He went to the boss and apologized, saying that he could not understand what was going on.
He was so surprised with the boss query, hit like a bullet to his had
“When was the last time you sharpened your axe?” the boss asked.
“Sharpen? I had no time to sharpen my axe. I have been very busy trying to cut trees…” It got me thinking, was I trying too hard with only what I presently knew?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Our lives are like that. We sometimes get so busy that we don’t take time to “sharpen the axe”
In today’s world, it seems that everyone is busier than ever but less happy than ever. Why is that? Could it be that we have forgotten how to stay sharp?
There’s nothing wrong with activity and hard work. But God doesn’t want us to get so busy that we neglect the truly important things in life, like taking time to pray, to read and study scripture or just make give a time to our brain take some rest.”
We all need time to relax, to think and meditate, to learn and grow. If we don’t take time to sharpen the axe, we will become dull and lose our effectiveness. Take time today to sharpen your axe!
Don’t focus on how to sharpen your axe but  When was the last time you sharpened your axe

free counters

Senin, 20 April 2009

cintaku hanibadiswiti




kangen juga nih ............

Selasa, 14 April 2009

WIPP : NOTAM & NEW APROACH CHART




FYI
B0610/09 - RWY 11/29 OPR 3000 M X 45M
DICLARE DISTANCE AS FOLLOWS:
RWY TORA TODA ASDA LDA
11 3000 M 3150 M 3060 M 3000 M
29 3000 M 3150 M 3060 M 3000 M.

10 APR 00:00 2009 UNTIL PERM. CREATED:10 APR 01:24 2009

Yogyakarta Tourism Map




Siapa tahu ada yang membutuhkan

Senin, 06 April 2009

Menuntut Gaji Lebih, Pantaskah ? Pekerjaan Sedikit Gaji Besar, Pantaskah?

Rating:★★★★
Category:Other
Selasa, 02-September-2008; 08:26:30 WIB
Menuntut Gaji Lebih, Pantaskah ? Pekerjaan Sedikit Gaji Besar, Pantaskah?

Oleh : Sumardi


Kita sering mendengar teman kita mengeluh tentang jumlah gaji yang dia terima, "Gajiku terlalu kecil, perusahaan tidak memperhatikan kesejahteraanku" katanya, padahal dia merasa telah bekerja dengan keras. Tetapi sayangnya, dia selalu mengeluh dan mengeluh, menyalahkan pimpinan yang menurut dia, tidak bisa berbuat adil dan tidak bisa menilai hasil kerjanya. Akhirnya dia bekerja dengan malas, asal-asalan dan sering tidak masuk kerja atau sering mengatur jadwal kerja seenaknya.

Di sisi yang lain, ada teman kita yang santai menaggapi jumlah gajinya, dia selalu bersyukur, berapapun gaji yang dia terima, dia tetap bekerja dengan baik, waktu yang ada dipergunakan sangat efektif, dia berkeyakinan "suatu saat Pimpinan pasti tahu, kalau kerjanya pantas dihargai lebih". Maka dia selalu bekerja dengan gigih, kadang tak meperdulikan waktu.
Benar perkiraannya, bahwa gajinya dinaikkan melebihi rekan-rekannya.

Gaji adalah masalah yang paling sensitif, gaji adalah upah dimana kita telah bekerja untuk mendapatkannya, gaji adalah kewajiban dari perusahaan untuk memberikan setelah kita bekerja untuknya, gaji adalah penyemangat kita untuk bekerja dengan lebih baik, dan kalau boleh kita artikan gaji adalah nyawa, nafas kita dan keluarga kita. Tanpa dia, kita tidak bisa membeli makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya.
Sebegitu pentingkah arti dari gaji buat kita ?
Kalau memang begitu penting arti gaji buat kita, kita pasti berjuang untuk mendapatkannya. Perjuangan untuk mendapatkannya sangatlah beragam, ada yang bekerja dengan giat, cerdas dan selalu semangat, ada yang bekerja asal tugas selesai, ada yang bekerja dengan malas dan yang lebih parah lagi ada yang bekerja dengan malas tetapi menfitnah teman sekerjanya untuk mendapatkan nilai plus didepan Pimpinannya.
Buat kita, mana yang telah kita lakukan ?
Kadang-kadang kita telah merasa bekerja dengan giat, bekerja sudah puluhan tahun di perusahaan yang sama, tetapi gaji yang kita terima terasa kurang, kita merasa jasa kita kurang dihargai, kita merasa bahwa perusahaan tempat kita bekerja tidak memperhatikan kesejahteraan kita. Lalu kita, menuntuk ke perusahaan untuk kenaikan gaji, karena kita merasa, kita punya hak untuk melakukan itu.

Kita boleh-boleh saja menuntut, kita boleh-boleh saja mengajukan permohonan kenaikkan gaji, tetapi mari kita koreksi diri kita, mari kita bercermin agar kita tahu siapa diri kita, mari kita sedikit tengok kebelakang apa yang telah kita hasilkan untuk perusahaan, mari kita hitung hasil kerja kita, apakah hasil kerja kita melebihi dari nilai gaji yang kita terima, atau malah sebaliknya.

Contoh kasus :
Dalam sebulan, counter pakaian wanita telah menjual 100 pc pakaian, dengan keuntungan kotor rata-rata 30 %, misalkan, harga pakaian wanita rata-rata Rp. 150.000,- bearti keuntungan kotornya Rp. 4.500.000,-.
Sekarang kita lihat berapa besar biaya produksinya atau biaya operasionalnya, ada biaya diesel untuk listrik, ada biaya pegawai gudang, ada biaya pegawai administrasi, ada biaya label, ada PPN dan ada juga biaya keamanan. Kemungkinan, sisa keuntungannya tinggal Rp.1.500.000,-.
Sekarang berapa jumlah pramuniaga di counter pakaian wanita ?, ada 4 orang yang gajinya di atas Rp. 500.000,- Cukupkah Rp. 1.500.000,- untuk menggaji 4 orang tersebut ?, terus berapa keuntungan perusahaan ?

Nah, dari kasus di atas, pantaskah kita menuntut kenaikan gaji ?
Dimana gambaran kasus di atas adalah salah satu kasus kecil, dan pasti masih banyak kasus-kasus yang lain, yang mungkin ada pada administrasi, tenaga gudang, staff dan lainnya.
Kurangnya produktivitas kita dalam bekerja, membuat perusahaan harus berfikir 2 kali bahkan lebih, untuk menggaji kita sesuai dengan tuntuan kita.

Yang terpenting bagi kita saat ini adalah bukan berapa besar gaji kita, tetapi bagaimana kita menyikapi dan menyiasati keadaan sekarang. Mari kita bekerja lebih cerdas, lebih efektif, lebih banyak menebar senyum dan semangat, lebih kompak dengan rekan kerja kita, lebih banyak berpikir positif, lebih banyak memanfaatkan waktu luang kita untuk memikirkan bagaimana esuk supaya lebih baik dari sekarang.

Mari kita menuntuk kalau kita sendiri pantas untuk dituntut lebih baik dari yang lain, mari kita menuntut kalau memang kita menghasilkan lebih besar dari yang kita tuntut. Kita harus instropeksi diri, kita harus lebih banyak mengoreksi diri, apakah kita layak disejajarkan dengan yang lain.
Kita personal yang cerdas, pasti tahu jawaban yang telah kita lakukan.

Kita harus selalu bersyukur, berapapun gaji yang telah kita terima, kalau kita bisa mengelolanya pasti akan membawa berkah, cobalah kita berhemat, jangan selalu menuruti gaya hidup sekarang yang cenderung menghabur-hamburkan uang, cobalah menahan diri untuk membeli sesuatu yang hanya karena gengsi, cobalah kita menabung sedikitnya 10 % setiap bulannya dari gaji kita. Buatlah prinsip "Hemat sekarang, kaya akan datang"

Tetaplah bekerja dengan cerdas sesuai dengan bidang kita masing-masing, Pimpinan kita pasti tahu apa yang telah kita perbuat, Pimpinan kita juga tahu, kita harus dibayar berapa.
Tetap semangat, tingkatkan nilai tambah kita.
Tuhan membagi rezki sesuai dengan usaha kita, Tuhan merubah nasib kita, karena kita berusaha.
Salam dahsyat.., dan luar biasa.
--------------------
dapet dari mailist ....